Buku Tamu

Anda adalah pengunjung ke
View My Stats
  • Isi Buku Tamu
  • Lihat Buku Tamu


  • |

  • Kembali ke Halaman Depan
  • Sampel Artikel
  • PANDUAN PENULISAN NASKAH


  • Jumat, 27 Januari 2012

    Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup bagi Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Daerah Istimewa Yogyakarta

    Endang Supartini, Tin Suharmini, Purwandari
    Universitas Negeri Yogyakarta
    ABSTRAK
    Tujuan utama penelitian ini untuk mengembangkan model substansi/materi pendidikan kecakapan hidup bagi anak tunagrahita ringan di SLB tingkat sekolah dasar, dihasilkannya modul pegangan guru, serta tersosialisasikannya modul tersebut di SLB. Penelitian dilaksanakan di SLBN I Yogyakarta dan SLB Marsudi Putra II Bantul melalui pendekatan researchandDevelopment (R&D). Pengambilan sampel secara purposif. Metode pengumpulan data yaitu pengamatan, wawancara mendalam dan semi structtureddiscussion dengan guru, orangtua siswa, dan pengawas SLB. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan mengatur, mengurutkan, mengkategorikan data sehingga dapat diseskripsikan aspek yang diteliti. Hasil penelitian menemukan bahwa untuk pengembangan model substansi pendidikan kecakapan hidup bagi anak tunagrahita dilakukan melalui: (a) mengkaji teori tentang kecakapan hidup bagi anak tunagrahita, (b) mengkaji GBPP Binadiribagi anak tunagrahita, (c) mengidentifikasi visi, misi dan lingkungan sekolah, (d) mengidentifikasi harapan orang tua, dan (e) mengidentifikasi kemampuan dan potensi siswa. Penelitian ini juga telah dihasilkan modul pegangan guru yang telah divalidasi oleh ahli media, dan pengkaji materi dari staff akademisi di bidang pendidikan anak tunagrahita, kepala sekolah dan guru-guru SLB, serta tersosialisasikannya modul tersebut ke beberapa SLB di Yogyakarta.
    Kata kunci: pendidikan kecakapan hidup, tunagrahita ringan, modul.

    PENDAHULUAN

    Inovasi Pendidikan saat ini mengarah pada pembentukan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari (lifeskills), artinya pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan nyata yang diinginkan peserta didik sesuai dengan potensi dan budaya masyarakatnya. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan menurut UU No, 20 tahun 2003, tentang SPN, Bab I, pasal I, ayat 1 yang menyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan hendaknya mengarah pada penguasaan keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan diri peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara.
    Kenyataan di lapangan pendidikan bagi anak tunagrahita pada umumnya belum mengarah pada terkuasainya sejumlah kecakapan dan keterampilan yang sesuai dengan bakat, minat, potensi, kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal anak, dan kebutuhan lapangan kerja yang sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita.Hal ini dapat dibuktikan bahwa anak tunagrahita yang sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) belum memiliki kemampuan yang memadai dan mengarah pada kecakapan hidup yang diperlukan sehingga dalam menolong dirinya sendiri masih bergantung pada oranglain.
    Mengingat keterbatasan intelektual dan potensi yang dimiliki anak tunagrahita, mengakibatkan mereka kurang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, kurang memiliki keterampilan untuk bekerja yang memadai, namun dengan latihan dan pembiasaan mereka mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
    Selama ini guru melaksanakan pendidikan kecakapan hidup sehari-hari sesuai dengan GBPP Binadiri. Padahal kawasan pendidikan kecakapan hidup sehari-hari sangan luas. Apabila hanya berdasarkan GBPP ada beberapa materi yang belum tercakup. Dengan dihasilkannya model pengembangan substansi/materi dan telah tertuang dalam buku pegangan guru tentang pendidikan kecakapan hidup bagi anak tunagrahita ringan kelas dasar1, 2, dan 3, maka guru-guru diharapkan mampu melaksanakan pendidikan kegiatan hidup hari hari yang merupakan salah satu dari kecakapan hidup yang hendaknya dikuasai oleh anak tunagrahita supaya mampu menolong dirinya sendiri, dan “mandiri”.
    Secara teoretis, anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rerata yaitu IQ kurang dari 70, mengalami hambatan dalam perkembangan fisik, mental, dan penyesuaian sosial dengan lingkungannya yang terjadi pada masa perkembangan. (Moh.Amin,1996) Apabila kondisi tersebut terjadi setelah masa perkembangan berakhir maka tidak termasuk anak tunagrahita
    Anak tunagrahita dapat dikelompok¬kan menjadi tiga yaitu: a) tunagrahita ringan, b) anak tunagrahita sedang, dan c) anak tunagrahita berat. Dalam penelitian ini yang diteliti yaitu anak tunagrahita yang termasuk ringan dan bersekolah di SLB.
    Karakteristik anak tunagrahita ringan yaitu: a) bentuk fisiknya seperti anak normal tidak ada kelainan, b) memiliki IQ antara 50 –70, c) cepat lupa dan kurang mampu memusatkan perhatian namun memiliki kemampuan untuk berkembang di bidang akademik yang fungsional, d) mampu melakukan penyesuaian sosial dalam kehidupan sehari-hari, e) koordinasi motoriknya baik, f) mampu melakukan pekerjaan semi skill, dan e) mampu bekerja di tempat kerja terlindung yaitu di shelteredworkshop (Ashman dan Elkins,1994; Kirk & Gallagher, 1989; Halahan, 1988)
    Untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari selain memperhatikan karakteristik, juga perlu memperhatikan kebutuhannya. Menurut Amin (1996) kebutuhan anak tunagrahita ialah: a) kebutuhan fisik, b) kebutuhan kejiwaan, meliputi kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan akan komunikasi, dan kebutuhan melakukan hubungan sosial.
    Kebutuhan fisik antara lain: kebutuhan makan, minum, perumahan, perawatan kesehatan/badan, sarana untuk mobilitas/gerak, olah raga, rekreasi, dan bermain. kebutuhan kejiwaan yang berupa penghargaan sangat diperlukan oleh anak tunagrahita, mereka senang dipuji, ingin disapa, ingin dimanja, jika mereka diperhatikan dan dipuji karena perilakunya baik, maka mereka akan menurut apa yang diperintahkan oleh guru atau orangtua.
    Sebagai manusia mereka memerlu¬kan komunikasi namun karena keterbatasan kosakata mereka kesukaran mengemukakan idenya. Mumpuniarti dkk. (2003) mengemu¬kakan bahwa: “anak tunagrahita ringan mampu memahami pesan sederhana” anak tersebut perlu dikembangak kemampuan komunikasinya seupaya mereka mampu mengatakan apa keinginannya.
    Konsep Dasar Kecakapan Hidup Sehari-hari.
    Secara umum pengertian kecakapan hidup sehari-hari (lifeskills) adalah: ”kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidupdan kehidupan secara wajar, tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi, sehingga mampu mengatasinya (Depdiknas, 2002).
    Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi lima yaitu: a) kecakapan mengenal diri, sering disebut kecakapan personal, b) kecakapan berfikir rasional, c) kecakapan sosial, d) kecakapan akademik, dan e) kecakapan vokasional (Depdiknas:2002). Ahli lain yaitu Patton &Poloway (1993) mengutip pendapat Brollin mengelom¬pokkan pendidikan kecakapan hidup bagi anak berkebutuhan khusus menjadi tiga yaitu: a) kecakapan kegiatan sehari-hari, b) kecakapan personal-sosial, dan c) kecakapan sosial. Dalam penelitian ini pendidikan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari mengacu pada pendapatnya Brollin.
    Kecakapan kegiatan hidup sehari-hari ini meliputi: a) mengelola kebutuhan pribadi, b) mengelola keuangan pribadi, c) mengelola rumah tangga pribadi, d) mengelola makanan, e) mengelola pakaian, f) penggunaan fasilitas rekreasi dan pengelolaan waktu luang, g) tanggung¬jawab sebagai warganegara, dan h) kesadaran terhadap lingkungan.
    Model Pengembangan materi Pendidikan Kecakapan Hidup Sehari-hari
    Pengembangan model materi pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan dengan cara: a) top down, b) pertimbangan kurikulum, dan c) memperhatikan aspek pembelajaran. Menurut Polloway dan Patton (1994) ada beberapa aspek yang perlu dipertimbang¬kan untuk mengembangkan substansi program pendidikan kecakapan hidup yaitu:
    a. Merujuk pada kehidupan orang dewasa, yaitu mengidentifikasi kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat. Sebagai contoh seseorang akan berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut orang perlu memperhatikan penampilan diri, berpakaian yang pantas. Supaya dapat berpakaian pantas tentu harus memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis pakaian, cara pemeliharaannya, dimana membelinya. Untuk membeli pakaian diperlukan pengetahuan tentang cara pengelolaan uang. Berdasarkan contoh tersebut untuk mengelola pakaian dapat dijabarkan menjadi beberapa kecakapan antara lain: memakai baju, memilih baju sesuai dengan situasi dan tempat, memelihara baju, dan akhirnya keterampilan yang dapat dikembangkan yaitu mencuci, menyeterika, atau menjahit baju
    b. Rencana pengembangan materi hendaknya komprehensif yaitu mencakup semua kawasan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari yang diintegrasikan dengan mata pelajaran yang akan diberikan. Misalnya tentang pakaian dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia dengan pokok bahasan bercakap-cakap dengan topik pakaian, sekaligus mengembangkan kemampuan berkomunikasi
    c. Relevansi, materi pelajaran hendaknya relevan dengan kehidupan anak sehari-hari, misalnya pelajaran matematika juga dapat digunakan untuk mengembangkan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari, misalnya dalam membantu menyiapkan minuman di rumah, anak dapat menghitung jumlah anggota keluarga, sehingga minuman yang disiapkan sejumlah anggota keluarganya
    d. Secara impiris dan sosial dapat dipertanggungjawabkan, artinya pendidikan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari bernilai dan bermanfaat bagi dirinya. Misalnya menjaga kebersihan diri, anak diharapkan mampu memelihara kebersihan diri, mampu mandi sendiri sehingga tidak perlu meminta bantuan orang lain.
    e. Fleksibel, artinya program pendidikan kecakapan hidup dapat memenuhi kebutuhan siswa yang berbeda-beda karena potensi dan kondisinya berbeda, jadi diberikan sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa
    f. Berbasis masyarakat, artinya setting kegiatan tidak hanya di kelas namun dapat dilakukan di masyarakat. Sebagai contoh anak dilatih menyapu, namun tidak hanya menyapu di kelas, tetapi dapat menyapu halaman, untuk itu tukang kebun sekolah dapat melatih bagaimana cara menyapu halaman yang betul dan bersih,
    Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut di atas maka prosedur untukl pengembangan substansi/materi pendidikan kecakapan hidup bagi anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut:
    a. Mengidentifikasi dan mendeskrip sikan potensi masyarakat/ lingkungan sekitar sekolah
    b. Mengidentifikasi dan mendeskrip sikan visi, misi, tujuan, dan potensi sekolah
    c. Mengidentifikasi harapan orangtua terhadap anaknya setelah lulus dari sekolah tersebut
    d. Mendeskripsikan potensi, bakat, minat, dan cita-cita siswa.
    e. Mengidentifikasi kurikulum dalam hal ini garis-garis besar program pembelajaran (GBPP) yang membahas tentang kecakapan kegiatan hidup sehari-hari
    Hal-hal tersebut di atas digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan model substansi Pendidikan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari bagi anak tunagrahita ringan di SLB dan akhirnya ditulis menjadi bahan ajar yang dapat dihunakan untuk mengembangkan kecakapan hidup sehari-hari bagi anak tunagrahita ringan di kelas dasar 1-3 di Sekolah luar Biasa.
    Berdasarkan hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
    a. Menemukan pengembangan model substansi/materi pendidikan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari bagi anak tunagrahita ringan
    b. Menghasilkan modul pegangan guru tentang pendidikan kecakapan hidup sehari-hari bagi anak tunagrahita ringan kelas dasar 1-3. di Sekolah Luar Biasa yang telah tervalidasi
    c. Tersosialisasinya buku pegangan guru tentang pendidikankecakapan hidup sehari-hari bagi anak tunagrahita ringan kelas dasar 1-3 di Sekolah Luar Biasa.


    MOTODE

    Penelitian ini menggunakan pendekatan ReseachandDevelopment (R&D), untuk mengkaji beberapa aspek yang diperlukan untuk mengembangkan model pendidikan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari.
    Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu pengamatan dan diskusi semi kelompok dengan guru, orangtua siswa dan pengambil kebijakan dari dinas P&P selain itu juga melakukan wawancara mendalam dengan guru dan kepala sekolah.
    Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara kualitatif yaitu mengatur, mengurutkan, memberi kode, dan mengkategorikan data, sehingga dapat dideskripsikan apek yang diteliti.
    Populasi penelitian adalah anak tunagrahita ringan yang sekolah di SLB di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampel penelitian adalah beberapa anak SLB kelas dasar satu sampai dengan tiga. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif. Adapun sumber data yaitu guru kelas dasar satu sampai dengan kelas tiga, orangtua siswa kelas satu sampai dengan kelas tiga yang anaknya dijadikan subyek penelitian, dan kepala sekolah, pengawas SLB. Lokasi Penelitian di SLB Negeri I Yogyakarta dan SLB Marsudi Putra II Bantul.
    Rancangan penelitian adalah sebagai berikut: (1) menyempurnakan rancangan modul model pengembangan substansi pendidikan kecakapan hidup sehari-hari bagi anak tunagrahita ringan dengan mengundang pakar terkait, (2) memperbaiki rancangan dan menulis buku pegangan guru/modul pendidikan kecakapan hidup sehari-hari bagi anak tunagrahita ringan, (3) melakukan validasi dengan pengkaji ahli media dan pengkaji materi, (4) melakukan perbaikan modul dan kemudian divalidasi dengan kepala sekolah dan guru anak tunagrahita ringan, (5) melakukan perbaikan dan sosialisasi modul.


    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengembangan Model Substansi Pendidikan Kecakapan Hidup
    Pengembangan rancangan model pendidikan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
    Mengkaji substansi materi kecakapn hidup berdasarkan literatur.
    a. Mengkaji kurikulum yang tertuang dalam GBPP Bina diri
    b. Mengidentifikasi visi, misi dan lingkungan sekolah,
    c. Mengidentifikasi harapan orangtua terhadap anaknya
    d. Mengidentifikasi potensi, bakat dan minat anaktunagrahita
    Dengan memperhatikan aspek tersebut di atas dan hasil kajian di lapangan tentang pelaksanaan kegiatan pendidikan kecakapan hidup, dapat digunakan untuk menyusun rancangan model substansi tentang pendidikan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari
    Hasil rancangan model pengembangan substansi pendidikan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
    a. Mengelola kebutuhan pribadi meli¬puti: kebersihan diri, penampilan diri, dan memelihara kesehatan diri
    b. Memelihara kebersihan lingkungan antara lain: membuang sampah di tempatnya, menyapu ruangan, dan menyapu halaman
    c. Mengelola makanan antara lain: makan dan minum sendiri, mengambil porsi makannya sendiri, makan dan minum dengan cara yang sopan, menyiapkan makan dan minum, memelihara peralatan makan dan minum
    d. Mengelola pakaian, meliputi memakai/melepas pakaian, memakai/melepas kaos kaki dan sepatu, memakai/melepas dasi, memilih pakaian sesuai dengan kondisi dan situasi, memelihara pakaian.
    e. Mengelola keuangan sendiri ini meliputi: mengenal inilai uang, bila diberi uang mampu membeli keperluannya sendiri, membayar iuran, membayar ongkos transportasi, menyisihkan uang untuk ditabung.
    f. Menjalin hubungan sosial dengan teman di rumah, di sekola, dengan orangtua dan keluarganya, dengan guru-guru, dengan orang yang baru dikenal, tidak mengganggu teman, membantu teman/guru/orangtua, dapat bermain bersama, dan mampu bekerjasama
    g. Mampu bepergian ke rumah tetangga/famili, ke warung, ke pasar, ke sekolah, dan ke toko
    h. Mampu menjaga keselamatan diri dari bahaya yang ada didalam rumah dan yang ada di sekitar rumah antara lain: bahaya kebakaran, bahaya listrik, bahaya alat rumah tangga, binatang, serangga, lalu lintas, dan alat bermesin
    i. Tanggungjawab ini meliputi mematuhi tata tertib sekolah maupun keluarga, memelihara alat mainannya, memelihara alat sekolahnya, menghadiri undangan ulang tahun, menengok teman yang sedang sakit, ikut memperingati hari besar nasional dan hari besar keagamaan
    j. Mengelola waktu luang, meliputi kegiatan rekreasi yaitu nonton TV, nonton pertandingan, ke kebun binatang, dan bermain, sedangkan kegiatan yang sifatnya produktif yaitu belajar, mengembangkan hobi, membantu orangtua
    k. Mengenal berbagai macam jenis pekerjaan yang ada di sekitar tempat tinggal siswa maupun di sekitar sekolah.
    Rancangan tersebut merupakan keseluruhan materi pendidikan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari bagi anak tunagrahita ringan untuk kelas dasar satu-tiga.
    Validisai model
    a. Melakukan validasi dengan tim ahli pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dari staff akademik jurusan PLB dari UPI dan UNY untuk mengetahui apakah pengembangan model substansi yang dikembangkan sesuai dengan kondisidan kemampuan siswa. Hasilnya rancangan tersebut cukup memadai dan untuk mengembangkan menjadi buku pegangan guru diharapkan strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita menggunakan strategi analisis tugas.
    b. Menyusun pengembangan modul pendidikan-kecakapan kegiatan hidup sehari hari dan melakuka valoidasi dengan validasi dengan pengaji materi dan mengkaji media supaya modul pegangan guru yang dihasilkan mudah dipahami oleh guru dan dapat dilaksanakan disekolah maupun di rumah. Hasilnya modul dapat digunakan dan layak digunakan namun perlu perbaikan salah tulis, frase, dan ada beberapa kalimat yang tidak jelas dansukar difahami.
    c. Berdasarkan masukan dari pengkaji media dan mengkaji materi, digunakan untuk memperbaiki modul, selanjutnya modul yang telah direvisi divalidasikan pada guru dan kepala sekolah. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan modul yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi, mudah dipahami dan aplikabel.


    KESIMPULAN

    Telah diketemukan pengembangan model substansi pendidikan kecakapan hidup bagi anak trunagrahita. Materi pendidikan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari bagi anak tunagrahita ringan meliputi: a) mengelola kebutuhan pribadi, b) mengelola kebersihan lingkungan, c) mengelola makanan. d) mengelola pakaian, e) mengelola keuangan pribadi, f) menjalin hubungan sosial, g) bepergian, h) menjaga keselamatan diri, i) tanggungjawab, j) mengelola waktu luang, k) mengenal berbagai jenis pekerjaan. Untuk mendukung implementasinya, juga telah tersusun buku pegangan guru/modul pendidikan kecakapan hidup bagi anak tunagrahita yang telah tervalidasi.


    DAFTAR PUSTAKA

    Ashman, Andrian & Elkins, John. (1994), Educating Children With Special Needs. Sidney Printice Hall of Autralia Pty. Ltd.
    Depdikbud. (1997). KurikulumBinaDiriuntuk SLB C. Jakarta. Depdkbud. Subdit
    Pendidikan Luar Biasa Depdiknas. (2003) Konsep Pendidikan Berorientasi kecakapan Hidup (life skills) BroadBased Education (BBE). Jakarta: Depdiknas.
    Halahan, F.Kauffman. (1988). Exceptional Children, Introduction to Special Education. New York: Printice Hall Company.
    Kirk, Samuel. & Gallagher, James. (1989). Education ofExceptionalChildren.Boston:Houghton mifflin Company.
    Moh, Amin. (1996). Ortopedagogiek AnakTunagrahita. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti.
    Mumpuniarti dkk. (2003). Pengembang anKomunikasiAnakTunagrahita SedangMelaluiPembelaja ranKecakapanHidup.Laporan Penelitian. Yogyakarta: FIP-Universitas Negeri Yogyakarta
    Poloway, Edward,A. & Patton James.K. (1993). StrategiesforTeachingLearnerswithSpecialNeeds. New York: Macmillan Publishing Company.

    Label: